Kue Choi pan ini khas asli Pontianak, Bangka Belitung, dan Singkawang ini dapat diduga terinspirasi dari khasanah kuliner Tiongkok. Makanan ringan bercitarasa asin ini juga dikenal dengan nama chai kwe.
Choipan berarti kue sayur. Choi artinya sayuran, dan pan artinya kue. Choipan di Pontianak biasanya berbentuk panjang, berisi bengkoang dan ebi, serta ditaburi bawang putih goreng, sedangkan di Bangka Belitung berbentuk segitiga, berisi pepaya muda, dan tanpa bawang
Sejarah Kue Choi Pan
Choi pan merupakan hidangan Tionghoa yang dikenal di beberapa daerah seperti Bangka-Belitung dan Kalimantan Barat. Choi pan (菜粄) merupakan istilah bahasa Hakka yang berarti "kue yang berisi sayuran". Dalam bahasa Tiochiu hidangan ini disebut chai kue (菜粿) yang artinya kurang lebih sama.
Sepintas bentuknya mirip dengan pastel atau kroket, tetapi pengolahannya berbeda, jika pastel dan kroket harus digoreng terlebih dahulu, maka choi pan harus dikukus sebelum disajikan. Isi choi pan dapat berupa bengkuang, talas, maupun kucai. Kulitnya yang tipis terbuat dari tepung beras dengan pelengkap bawang goreng di atasnya.[1]
Choi pan umumnya dikenal di daerah-daerah lain yang memiliki komunitas Tionghoa. Di Bangka Belitung, kue ini juga dinamakan choi pan oleh penutur Hakka. Nama lainnya adalah choi-pau-pan atau sam-kok-pan dengan bentuk segitiga yang disantap dengan cuka pedas manis. Di Medan, hidangan ini disebut chai pao yang dibuat dengan cara digoreng. Seiring berjalannya waktu, terdapat beragam variasi isian chai kue antara lain isian kari ayam, udang, ebi kukus, jamur, dan potongan daging.
Berbeda dengan dimsum, kulit kue choipan sangat tipis dan lembut. Tak jarang kulitnya robek saat diambil dengan tangan. Choipan dikukus dan disajikan dengan siraman cuka. Makin mantap, saat dinikmati dengan potongan kecil bawang putih.
choipan tak hanya dikukus, melainkan juga digoreng. Isiannya kini juga beragam. Selain bengkuang, ebi dan daun kucai, kadang juga menggunakan isian dari bahan keladi dan rebung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar